Panu (Pitriyasis Versikolor)

Daftar Isi: [Lihat]
Panu (Pitriyasis Versikolor)
Tidak seperti biasanya, pagi ini Dewi pulang lebih awal dari sekolah dengan wajah yang murung. Padahal sebelum sebelumnya, bila sekolah bubar lebih awal, entah karena guru rapat, penilaian sekolah dan lain lain, Dewi selalu menunjukan wajah yang riang gembira sambil melompat lompat kecil. Melihat tingkah laku Dewi yang tidak wajar ini, Mama Dewi mencoba mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi pada diri Dewi.

Baca juga: 6 Hal Yang Dapat Merusak Kandungan Kolagen Pada Kulit

Setelah melakukan wawancara bak seorang psikolog kawakan, akhirnya Mama Dewi mendapatkan jawaban yang dicari. Ternyata panu, sebuah kata yang terdiri dari empat suku kata yang menjadi biang keroknya. Dewi menjadi sebal dan kesal kepada teman temannya di sekolah setelah diejek panuan. Penasaran, Mama Dewi segera menyingkap rambut yang menutupi leher bagian belakang Dewi dan ternyata benar terdapat dua buah bercak berwarna putih bertengger tepat di tengah leher bagian belakang Dewi.

Kisah Dewi banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari hari. Indonesia yang wilayahnya berada di daerah tropis membuat penduduknya mudah berkeringat. Keringat yang dibiarkan menempel pada kulit dalam waktu yang lama akan menjadi tempat tumbuhnya panu dengan subur. Banyak alasan yang dikemukakan mereka yang enggan mengelap keringatnya setelah melakukan aktifitas, entah karena sibuklah, malaslah dan lain lain.

Menurut lokasi tumbuhnya, panu sangat menyukai bagian bagian tubuh yang tertutup pakaian dan daerah yang berminyak. Meskipun demikian, panu juga tidak menolak untuk tumbuh di daerah muka dan anggota tubuh yang terbuka. Sedangkan menurut ukurannya, panu bisa berukuran kurang dari 1 milimeter sampai dengan lebih dari 1 sentimeter.

Sebelum ngelantur lebih jauh, kita bahas dulu bentuk dan penampakan panu. Pitriyasis Versikolor atau yang lebih dikenal dengan sebutan panu secara kasat mata akan tampak berupa bercak berwarna, bervariasi dari putih sampai coklat kehitaman, dengan batas yang tergolong cukup tegas bila dibandingkan dengan kulit disekitarnya. Bila dikerok akan tampak serpihan serpihan keputihan diatas kulit yang menderita panu.

Gejala subyektif yang dirasakan pasien penderita panu hampir tidak ada. Beberapa pasien ada yang merasakan gatal pada daerah yang diserang panu namun hal tersebut sangat kecil dan sering diabaikan oleh yang bersangkutan. Yang sering menjadi masalah utama adalah penampakan panu secara kosmetis. Betapapun mulusnya kulit seseorang, tapi bila ada sebutir panu yang nongol disana maka secara otomatis kecantikan kulitnya akan sirna.

Ironisnya, karena sifat panu yang hobi tinggal di daerah belakang leher dan punggung maka si empunya kulit kadang tidak menyadari kalau dirinya panuan. Kesadaran baru muncul bila ada orang lain yang meningatkan, dan hal ini tentu sangat memalukan seperti yang dialami oleh Dewi.

Walaupun sudah cukup jelas secara kasat mata, untuk meyakinkan diagnosa, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang dengan lampu Wood. Di bawah penyinaran lampu Wood, panu akan tampak berupa flouresensi kuning emas. Pemeriksaan penunjang lainnya berupa pemeriksaan dengan larutan KOH untuk melihat elemen jamur berupa hifa pendek dengan spora bulat berkelompok.

Obat obatan penghilang panu sudah banyak dijual secara bebas di warung warung dan apotek apotek. Berbagai merk dan bentuk sediaan ditawarkan oleh produsen obat, dari yang berupa cairan, salep, krim dan lain lain. Namun yang tidak kalah pentingnya yaitu menghilangkan faktor faktor yang menyebabkan panu tumbuh dengan subur pada kulit yaitu : lembab, keringat yang berlebihan, gizi buruk dan obat obatan yang mengandung kortikosteroid.

Biasanya dengan obat obatan standar yang dijual bebas, panu akan sembuh dalam 3 minggu, tetapi bila setelah memakai obat obatan dan menghilangkan faktor resiko, panu tetap bandel maka segeralah ke dokter kulit terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Setelah membaca tulisan ini, semoga pengalaman Dewi tidak dialami oleh Blogger sekalian. Maaf bagi namanya saya pinjam, semata mata karena kebetulan.