Saat Usia Sekolah, Bayi Prematur Berisiko Mengalami Ini

Daftar Isi: [Lihat]
Bayi yang lahir prematur sangat berisiko mengalami gangguan tumbuh kembang kemampuan kognitif dan perilaku saat mereka memasuki usia sekolah. Demikian menurut sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti dari Queen Mary University of London (QMUL).

Para peneliti menemukan, anak anak yang lahir prematur memiliki skor IQ, kemampuan motoris, kemampuan membaca dan mengeja yang rendah saat mereka masuk sekolah dasar. Skor rendah ini kemudian berlanjut saat anak anak tersebut memasuki sekolah menengah pertama. Anak anak yang lahir prematur juga kerap didiagnosa mengalami gangguan hiperaktif (ADHD).

Menurut kepala peneliti Professor Shakila Thangaratinam, keselamatan ibu dan anak selama ini menjadi pilihan utama dalam menentukan kala persalinan. Namun, temuan pada studi ini mengharuskan para petugas kesehatan untuk memikirkan juga dampak buruk yang bisa terjadi pada bayi bila dipaksakan untuk lahir prematur. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan komprehensif pada ibu hamil sejak pertama kali dipastikan kehamilannya.

Di Inggris, sekitar 60.000 bayi lahir prematur setiap hari. Komplikasi jangka pendek yang dialami bayi prematur antara lain gangguan pernafasan, sepsis dan perdarahan pada otak. Kini, bayi yang lahir prematur juga terbukti berisiko mengalami gangguan kemampuan kognitif dan perilaku kelak saat mereka memasuki usia sekolah.

Penelitian yang dipublikasikan dalam BJOG: An International Journal of Obstetrics and Gynaecologists ini menyimpulkan hasil hasil dari 74 penelitian yang melibatkan 64.061 anak yang lahir antara tahun 1980 dan 2016. Tim peneliti membandingkan kemampuan kognitif dan perilaku pada anak anak yang lahir cukup bulan dengan anak anak yang lahir prematur.

Hasilnya, anak anak yang lahir prematus memiliki skor IQ dan kemampuan motorik yang lebih rendah bila dibandingkan dengan anak anak yang lahir cukup bulan. Rendahnya skor IQ dan kemampuan motorik ini berlanjut sejak mereka memasuki sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama.

Hasil penelitian ini mengingatkan para pendidik untuk lebih memperhatikan riwayat kelahiran dari anak didiknya agar bisa diberikan pendidikan yang optimal sesuai dengan kemampuannya.